Apakah kamu tahu apa yang dimaksud dengan book shaming?
Book shaming merupakan salah satu tindakan yang mesti dihindari, khususnya bagi para penggemar buku.
Sebab perilaku yang satu ini bisa mendatangkan dampak negatif, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar.
Secara umum, book shaming bisa diartikan sebagai sebuah perilaku di mana seseorang melakukan tindakan yang membuat orang lain merasa tidak enak dan nyaman perihal referensi bacaan yang dimilikinya.
Biasanya para pelaku book shaming akan mengejek atau mengolok-olok orang lain yang dirasa memiliki referensi bacaan yang tidak sesuai dengan pandangan pribadinya.
Jika dibiarkan perilaku ini bisa memberikan efek negatif, khususnya bagi para korban yang merasa referensi bacaan yang dimiliki tidak sebaik yang lainnya.
Terkadang para pelaku book shaming merasa dirinya keren ketika melakukan tindakan yang satu ini.
Padahal jika dilihat secara lebih luas, hal yang terjadi justru sebaliknya.
Bukannya terlihat keren, pelaku book shaming justru memberikan aura negatif dan cenderung akan dihindari oleh lingkungan sekitarnya.
Dalam artikel ini Penggemar Buku akan membahas alasan yang membuat para pelaku book shaming sebenarnya tidak terlihat keren.
Namun sebelum mengetahui hal tersebut, simak terlebih dahulu tanda-tanda seseorang yang mungkin saja sudah terjebak dalam perilaku book shaming pada bagian berikut ini.
Daftar Isi
ToggleTanda-Tanda Seseorang Sudah Terjebak dalam Perilaku Book Shaming
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan book shaming.
Stereotipe terhadap sebuah jenis bacaan hingga genre bacaan yang kerap diidentikkan dengan hal-hal tertentu menjadi segelintir alasan mengapa seseorang bisa melakukan tindakan tersebut.
Penyebab inilah yang terkadang membuat seseorang tanpa sadar sudah melakukan tindakan book shaming kepada penggemar buku lainnya.
Berikut ini beberapa tanda-tanda seseorang sudah terjebak dalam perilaku book shaming, yakni.
1. Berpikir Memiliki Bacaan yang Lebih Keren Dibandingkan Orang Lain
Tanda-tanda pertama seseorang terjebak dalam perilaku book shaming adalah berpikir memiliki bacaan yang lebih keren dibandingkan orang lain.
Hal ini akan membuat pelaku book shaming tersebut merasa superior dan merasa bacaan orang lain tidak sebaik referensi yang dimilikinya.
Alhasil seseorang yang terjebak dalam perilaku book shaming ini akan membaca genre yang itu-itu saja karena menganggap rendah jenis bacaan lainnya.
2. Meremehkan Penulis Tertentu
Seseorang yang terjebak dalam perilaku book shaming secara tidak langsung bisa saja meremehkan penulis tertentu.
Pelaku book shaming ini akan menganggap karya seorang penulis yang disukainya jauh lebih baik dibandingkan ciptaan penulis lainnya.
Bahkan perilaku book shaming yang masuk dalam taraf ekstrem bisa melampiaskan ketidaksukaannya ini dengan mencela langsung penulis yang tidak dia sukai.
3. Mengelompokkan Orang Berdasarkan Referensi Bacaannya
Tanda-tanda terakhir seseorang sudah terjebak dalam perilaku book shaming adalah suka mengelompokkan orang berdasarkan referensi bacaannya.
Misalnya, pelaku book shaming menganggap bahwa komik hanya cocok untuk anak kecil saja atau laki-laki tidak wajar untuk membaca buku yang membahas feminisme.
Padahal setiap bacaan dengan genre apapun bebas dibaca oleh siapa saja yang ingin membaca karya tulis tersebut.
5 Alasan Book Shaming Tidak akan Membuatmu Terlihat Keren
Dari penjelasan di atas sebenarnya sudah terlihat bahwa tidak ada hal keren yang ada dalam diri pelaku book shaming.
Justru perilaku ini malah memancing orang lain untuk menjaga jarak dengan pelaku book shaming tersebut.
Berikut ini beberapa alasan lain yang bisa kamu jadikan patokan bahwa perilaku book shaming itu tidak akan membuat seseorang terlihat keren, yaitu.
1. Menurunkan Semangat Literasi
Perilaku book shaming secara tidak langsung bisa menurunkan semangat literasi seseorang.
Bayangkan saja ketika seseorang baru saja bersemangat untuk membangun kebiasaan membaca, tetapi ada pelaku book shaming yang datang dan mengolok-olok referensi bacaan yang dimilikinya.
Kondisi mental setiap orang tentu berbeda-beda.
Bisa jadi perilaku di atas justru akan membuat orang tersebut menjadi malas membaca karena tidak ingin lagi diolok-olok berdasarkan referensi bacaannya.
2. Membatasi Seseorang untuk Memiliki Pengetahuan Lebih
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, perilaku book shaming bisa membatasi seseorang untuk memiliki pengetahuan yang lebih.
Seperti yang kita ketahui bersama, buku merupakan jendela ilmu yang berisi berbagai macam informasi untuk menambah pengetahuan yang ada dalam diri seseorang
Jika seseorang merasa malas membaca buku karena tidak ingin dihakimi orang lain, maka dirinya tentu juga tidak bisa menambah wawasan yang dimiliki.
Hal ini tidak hanya berlaku pada korban saja, tetapi juga kepada pelaku book shaming itu sendiri.
Sebab, pelaku book shaming akan terjebak pada bacaan yang itu-itu saja, sehingga tidak mendapatkan wawasan tambahan dari referensi lainnya.
3. Mengekang Kebebasan Seseorang dalam Memilih Bacaan Buku
Perilaku book shaming bisa mengekang kebebasan seseorang dalam memilih bacaan buku yang dia sukai.
Para korban book shaming akan cenderung menghindari bacaan yang tidak disukai banyak orang, meskipun dia sendiri sebenarnya tertarik dengan buku tersebut.
4. Rasa Fanatik yang Berlebihan
Jika dilihat dari sudut pandang pelaku, perilaku book shaming bisa membuat seseorang merasa fanatik pada referensi bacaan yang dimilikinya.
Bukannya terlihat keren, hal ini justru akan membuat pelaku book shaming hanya berkutat pada bacaan yang disukainya saja.
5. Diskriminasi kepada Penggemar Buku Lainnya
Alasan terakhir mengapa perilaku book shaming tidak terlihat keren adalah bisa melakukan diskriminasi kepada penggemar buku lainnya.
Bukan tidak mungkin pelaku book shaming bisa melakukan tindakan bullying jika sudah mengolok-olok orang lain dengan melampaui batas.
Itulah lima alasan mengapa perilaku book shaming tidak akan membuatmu terlihat keren. Jangan sampai kamu terjebak dalam perilaku yang satu ini, ya.