Biografi Ahmad Tohari ini menjadi hal menarik untuk kita ketahui, terutama bagi kalian pecinta novel.
Siapa sih, Penggemar Buku yang tidak tahu dengan sosok Ahmad Tohari? Sastrawan terkenal dengan novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ini sudah menciptakan berbagai macam karya yang bisa dinikmati oleh setiap pembacanya.
Bagi yang belum mengenal sosok sastrawan ini tidak perlu khawatir. Dalam artikel ini, Penggemarbuku.com akan mengupas tuntas tentang biografi Ahmad Tohari, mulai dari perjalanan karir hingga karya-karya yang diciptakan.
Daftar Isi
ToggleSiapa Ahmad Tohari?
Ahmad Tohari merupakan sastrawan terkemuka Indonesia yang lahir di Banyumas, 13 Juni 1948. Ahmad Tohari terlahir di dalam keluarga santri.
Ayahnya merupakan seorang kiai sekaligus pegawai di Kantor Urusan Agama. Sementara itu, ibu dari Ahmad Tohari berprofesi sebagai seorang pedagang kain.
Riwayat Pendidikan
Meskipun lahir di Banyumas, Ahmad Tohari menempuh pendidikan sekolahnya di Kota Purwokerto Jawa Tengah. Dirinya menimba ilmu jenjang sekolah menenang atas di SMA Negeri 2 Purwokerto.
Setelah lulus dari SMA, Ahmad Tohari melanjutkan pendidikan di Universitas YARSI, Jakarta pada 1967 hingga 1970. Di kampus ini, Ahmad Tohari melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran.
Meskipun demikian, penulis ini tidak menyelesaikan pendidikannya di Universitas YARSI karena memilih untuk menetap di daerah asalnya di Desa Tinggarjaya, Banyumas.
Beberapa tahun kemudian, Ahmad Tohari kembali melanjutkan pendidikan di Universitas Jenderal Soedirman.
Ketika pertama kali masuk di Universitas Jenderal Soedirman, Ahmad Tohari bergabung di Fakultas Ekonomi pada 1974. Akan tetapi, dirinya hanya bertahan di fakultas ini selama satu tahun saja.
Pada 1975, Ahmad Tohari memutuskan untuk pindah ke Fakultas Sosial Politik hingga menyelesaikan pendidikannya di kampus ini.
Kemudian pada 1990, Ahmad Tohari pernah mengikuti kegiatan International Writing Program yang diadakan di Iowa, Amerika Serikat selama tiga bulan penuh.
Ahmad Tohari juga memiliki kedekatan dengan dunia pendidikan. Salah satu contoh adalah ketika dia ikut mengurus Pondok Pesantren NU Al Falah pada 1974 lalu.
Perjalanan Karir Menulis Ahmad Tohari
Kecintaan Ahmad Tohari terhadap dunia tulis menulis sudah dimulai semenjak dirinya menginjak bangku sekolah menengah atas. Akan tetapi, tulisan-tulisan yang dia buat pada periode tersebut tidak diterbitkan dan hanya disimpan saja.
Ahmad Tohari baru mulai mengirimkan tulisannya selepas menyelesaikan pendidikan SMA. Dirinya mulai mengirimkan tulisan yang dibuatnya ke berbagai media massa yang ada di Indonesia.
Pada 1966, Ahmad Tohari pernah mengurusi majalah perbankan di Bank BNI selama satu tahun. Selain itu, Ahmad Tohari juga pernah bekerja di beberapa media yang ada di Indonesia, seperti di Majalah Keluarga, Majalah Amanah, Majalah Kartini, dan menjadi redaktur di Harian Merdeka.
Mulai pada 1970, karya-karya yang dituliskan oleh Ahmad Tohari mulai dipublikasikan. Tidak hanya itu, berkat karya-karya ini juga Ahmad Tohari berhasil mendapatkan berbagai macam penghargaan di dunia kepenulisan.
Kontroversi dan Perjuangan Ahmad Tohari
Karya-karya ciptaan Ahmad Tohari juga tidak lepas dari berbagai macam kontroversi. Bahkan, penulis ini hampir saja dijebloskan ke dalam penjara akibat karya yang ditulisnya.
Salah satu contoh terjadi ketika karya terkenal Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk terbit pada 1982 lalu. Novel ini dianggap terlalu kekiri-kirian oleh Pemerintah Orde Baru yang memerintah pada saat itu.
Alhasil, Ahmad Tohari harus menjalani interogasi selama berminggu-minggu. Beruntung ketika Ahmad Tohari berhasil menghubungi Gus Dur, dirinya bisa aman dan terbebas dari jeratan hukum.
Novel Kubah yang terbit pada 1980 juga sempat memancing kontroversi. Novel ini mengambil latar salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi di Indonesia, yakni Peristiwa G30S.
Sebagian kalangan pembaca beranggapan bahwa novel yang dibuat oleh Ahmad Tohari ini merupakan pesanan pemerintah. Sebab, novel tersebut terkesan menyudutkan orang-orang yang tergabung di dalam partai komunis dan membela pihak militer lewat tokoh-tokoh yang ada di tulisan tersebut.
Ciri Khas Karya Ahmad Tohari
Meskipun sempat mengalami kontroversi, setiap karya Ahmad Tohari memiliki ciri khas yang mungkin tidak dimiliki oleh setiap penulis lain.
Dalam menulis karya, biasanya Ahmad Tohari mengangkat tema tentang kehidupan masyarakat pedesaan. Lewat tema inilah, Ahmad Tohari bisa menceritakan permasalahan sosial yang terjadi lewat tulisan-tulisan yang diciptakannya.
Penghargaan yang Pernah Diterima
Ahmad Tohari juga berhasil mendapatkan banyak sekali penghargaan lewat karya-karya yang diciptakannya.
Tidak hanya itu, beberapa karya yang dibuat Ahmad Tohari juga ada yang dialih bahasakan ke dalam bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, Jerman, dan Jepang.
Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Ahmad Tohari selma karir kepenulisannya adalah.
1. Hadiah Hiburan Sayembara Kincir Emas yang diselenggarakan Radio Nederland Wereldomroep pada 1980 lewat novel Kubah.
2. Hadiah Yayasan Buku Utama pada 1980 lewat novel Kubah.
3. Hadiah Yayasan Buku Utama pada 1986 lewat novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala.
4. Hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta pada 1979 lewat novel Di Kaki Bukit Cibalak.
5. Hadiah Sastra ASEAN pada 1995.
6. Sastra Rancage pada 2007.
7. PWI Jateng Award pada 2012.
Karya-karya Ciptaan Ahmad Tohari
Berikut karya-karya Ahmad Tohari yang bisa menambah referensi bacaanmu.
1. Kubah (1980).
2. Ronggeng Dukuh Paruk (1982).
3. Lintang Kemukus Dini Hari (1985).
4. Jantera Bianglala (1986).
5. Di Kaki Bukit Cibalak (1986).
6. Senyum Karyamin (1989)
7. Bekisar Merah (1993).
8. Lingkar Tanah Lingkar Air (1995).
9. Nyanyian Malam (2000).
10. Belantik (2001).
11. Orang Orang Proyek (2002).
12. Rusmi Ingin Pulang (2004).
13. Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (2006).
Itulah pembahasan seputar biografi Ahmad Tohari. Semoga kisah perjalanan sastrawan kondang ini bisa menginspirasi kita semua ya.