Search
Close this search box.

Adaptasi Novel Jadi Film, Bius Penonton Masuk FFI

novel jadi film

BAGIKAN

Tren adaptasi novel jadi film telah lama ada dalam industri perfilman. Ketika cerita kuat dari buku dihidupkan di layar lebar, penonton akan mendapatkan pengalaman visual yang lebih mendalam.

Banyak novel populer yang berhasil diadaptasi menjadi film, menyatukan dua medium berbeda menjadi karya seni memukau. Ada beberapa adaptasi novel jadi film yang berhasil melampaui ekspektasi, menghasilkan karya terbaik dan kesuksesan komersial.

Tidak hanya menawarkan visualisasi dari imajinasi pembaca, film adaptasi juga sering kali membawa pesan yang kuat dan mendalam. Dalam artikel ini, Anda akan menjelajahi beberapa film adaptasi novel yang sukses dan meraih nominasi di Festival Film Indonesia (FFI).

9 Film Peraih Nominasi FFI yang Diadaptasi dari Buku

Film adaptasi dari novel sering kali mendapatkan tempat khusus di hati penonton dan kritikus. Berikut adalah 9 film adaptasi yang tidak hanya berhasil di box office tetapi juga meraih nominasi di Festival Film Indonesia.

1. 24 Jam Bersama Gaspar

Pertama, ‘24 Jam Bersama Gaspar’. Ini adalah salah satu contoh sukses adaptasi novel jadi film. Diadaptasi dari novel karya Sabda Armandio, film ini telah meraih banyak penghargaan sebelumnya.

M. Irfan Ramli berhasil memenangkan Piala Citra dalam kategori Penulis Skenario Adaptasi Terbaik untuk film ‘24 Jam Bersama Gaspar’. Kemenangan ini terjadi dalam Malam Anugerah Piala Citra FFI tahun 2023 lalu.

Kekuatan utama film ini terletak pada skenario yang ditulis dengan apik, mampu menggabungkan elemen-elemen novel dengan visual yang memukau. Sutradara dan penulis skenario berhasil menangkap esensi dari novel serta menghidupkannya dalam bentuk film yang menarik.

2. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Adaptasi dari buku novel jadi film berikutnya adalah ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’ karya Buya Hamka. Salah satu film klasik yang tetap terkenang hingga saat ini. Film ini bukan hanya sukses secara komersial, tetapi juga memperoleh banyak penghargaan, termasuk FFI.

Saat ajang Festival Film Indonesia 2014, ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’ mendapatkan beberapa nominasi penting untuk pemain dan kru film. Kabar baiknya, saat itu Eltra Studio dan Adam Howarth berhasil memenangkan penghargaan untuk Penata Visual Efek Terbaik.

Adaptasi film ini berhasil menangkap keindahan narasi dan detail budaya yang ada dalam novel. Visualisasi setting, kostum, dan dialog yang otentik membawa penonton kembali ke zaman kolonial Belanda, memperkaya pengalaman menonton.

3. Aruna dan Lidahnya

‘Aruna dan Lidahnya’ juga termasuk salah satu contoh sempurna dari adaptasi novel yang sukses. Berasal dari novel karya Laksmi Pamuntjak, film ini disutradarai oleh Edwin dan rilis pada tahun 2018.

Film ini tidak hanya menonjol dalam hal cerita, tetapi juga dalam berbagai aspek teknis dan artistik. ‘Aruna dan Lidahnya’ berhasil meraih sembilan nominasi di FFI 2018, termasuk nominasi untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Pemeran Utama Wanita Terbaik.

Nicholas Saputra yang berperan sebagai Bono memenangkan penghargaan untuk Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Sementara itu, skenario adaptasi film ini juga berhasil membawa pulang piala.

4. Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas

Film yang berasal dari novel karya Eka Kurniawan ini juga tidak kalah memukau. Edwin, sang sutradara, berhasil menggambarkan aksi perkelahian yang seru, dan juga menggali lebih dalam tentang konstruksi gender serta maskulinitas.

Film ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ meraih 12 nominasi di FFI 2022. Selain itu, film ini memenangkan lima Piala Citra, termasuk kategori Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Adaptasi Terbaik, dan Pemeran Utama Pria Terbaik.

Edwin berhasil menghidupkan novel Eka Kurniawan ke layar lebar dengan sangat baik, menggabungkan elemen aksi dengan drama yang mendalam. Hal ini membuat film ini tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pandangan baru tentang isu-isu gender di masyarakat Indonesia.

5. Bumi Manusia

‘Bumi Manusia’ adalah salah satu novel paling terkenal karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini menggambarkan kehidupan di era kolonial Indonesia dan menjadi bagian dari Tetralogi Buru. Hanung Bramantyo, berperan menjadi sutradara untuk adaptasi filmnya, dan berhasil rilis pada tahun 2019, serta langsung mendapat perhatian luas.

Film ini mengisahkan perjuangan seorang pemuda Jawa bernama Minke yang berani menentang aturan kolonial Belanda dan memperjuangkan cinta serta hak asasi manusia. Annelies, seorang perempuan Indo-Belanda, menjadi cinta sejati Minke yang penuh dengan konflik karena perbedaan ras dan status sosial.

Meskipun ‘Bumi Manusia’ tidak memenangkan piala FFI 2019, film ini tetap mendapat 12 nominasi, termasuk nominasi untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Aktor Terbaik. Ini membuktikan bahwa adaptasi novel jadi film ini dapat menarik perhatian kritikus dan penonton, serta menghidupkan kembali karya sastra klasik untuk generasi baru.

6. Taksi (FFI 1990)

Selanjutnya, film ‘Taksi’. Film Indonesia yang rilis pada tahun 1990 ini berasal dari novel karya Hilman Hariwijaya. Film ini disutradarai oleh Arifin C. Noer, seorang sutradara terkenal yang karyanya sering kali mengangkat tema sosial dan kehidupan sehari-hari.

Arifin C. Noer berhasil mengekstrak esensi cerita dari novel dan mengemasnya dalam narasi visual yang kuat. Penampilan Rano Karno sebagai Giyon mendapat pujian luas, dan film ini berhasil menangkap realitas sosial Jakarta pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an dengan sangat baik.

‘Taksi’ mendapat beberapa nominasi di FFI 1990, termasuk nominasi untuk Aktor Terbaik dan Sutradara Terbaik. Penghargaan ini menunjukkan bahwa film ini berhasil memberikan dampak yang signifikan pada penonton dan industri.

7. Sang Penari (2011)

‘Sang Penari’ adalah film yang diadaptasi dari novel ‘Ronggeng Dukuh Paruk’ karya Ahmad Tohari. Film ini mengangkat cerita tentang perjuangan seorang penari ronggeng di sebuah desa kecil di Jawa pada era 1960-an.

Film ini menceritakan kisah Srintil, seorang gadis desa yang memiliki bakat alami sebagai penari ronggeng. Namun, bakat tersebut juga menjadi kutukan karena menjadikannya obyek hasrat pria-pria di desanya. Sosok Srintil diperankan dengan apik oleh Prisia Nasution secara emosional.

‘Sang Penari’ berhasil memenangkan Piala Citra untuk Film Terbaik di FFI 2011. Selain itu, film ini juga mendapat pujian atas sinematografinya yang indah dan penggambaran yang mendalam terhadap kehidupan pedesaan Jawa.

8. Athirah (2016)

Film peraih FFI yang diadaptasi dari buku berikutnya adalah ‘Athirah’. Film ini meraih enam Piala Citra di FFI 2016, termasuk untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik untuk Riri Riza, dan Pemeran Utama Wanita Terbaik untuk Cut Mini.

Film ‘Athirah” diadaptasi dari novel karya Alberthiene Endah. Film ini mengisahkan kehidupan ibunda Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang bernama Athirah. Cerita berfokus pada kehidupan Athirah yang harus menghadapi kenyataan pahit saat suaminya memutuskan untuk menikah lagi.

Adaptasi dari novel jadi film ‘Athirah’ ini juga mendapatkan sambutan positif dari penonton. Mulai dari akting pemain, penyutradaraan, hingga skenario tersaji dengan kuat dan mendalam.

9. Before, Now, and Then (Nana) (2022)

‘Before, Now, and Then (Nana)’ adalah salah satu contoh adaptasi novel jadi film yang sukses dari sutradara Kamila Andini. Film ini berasal dari novel ‘Jais Darga Namaku’ karya Ahda Imran.

Cerita ini berlatar belakang tahun 1960-an dan mengisahkan perjalanan hidup Nana yang harus menghadapi berbagai trauma dan cobaan dalam hidupnya. Happy Salma yang berperan sebagai Nana berhasil menampilkan performa yang sangat mengesankan, menggambarkan emosi dan perjuangan karakter dengan sangat mendalam.

Film ini menerima penghargaan sebagai Film Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Selain itu, film ini juga mendapatkan sambutan positif di ajang internasional seperti Berlinale Film Festival, di mana Laura Basuki meraih penghargaan Silver Bear for Best Supporting Performance berkat perannya sebagai wanita simpanan.​

Itulah beberapa film peraih penghargaan, baik sebagai nominasi maupun pemenang dalam Festival Film Indonesia. Adaptasi novel jadi film tidak hanya menghidupkan kembali cerita di dalam buku tetapi juga membawanya kepada audiens yang lebih luas di industri hiburan.

Temukan lebih banyak inspirasi dengan membaca artikel-artikel Penggemar Buku lainnya tentang kisah inspiratif seorang tokoh. Bagikan artikel ini kepada teman-teman dan keluarga Anda. Sebarkan semangat untuk meraih mimpi bersama-sama!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top